Dosen Pendidikan Geografi FISIPOL UNESA Dr. Lidya Lestari Sitohang, M.Sc. dan Zahidah Mahroini, S.Pd., M.Sc. berpartisipasi sebagai pemakalah pada Konferensi Internasional Taiwan-Indonesia di National Taipei University (NTPU), Taiwan. Konferensi tersebut membahas ketahanan perkotaan, pembangunan berkelanjutan, dan perubahan iklim. Tujuan konferensi adalah memperkuat kolaborasi Taiwan-Indonesia dalam analisis risiko bencana alam, pemantauan, dan perencanaan spasial. Salah satu rangkaian acara tersebut adalah meninjau infrastruktur kebencanaan di Taiwan. Berikut catatan dalam kegiatan tersebut.

Belajar Transparansi Data Bencana dari Pusat Sains dan Teknologi Nasional untuk Bencana Taiwan
Xindian, Taipei City, Taiwan – Rombongan delegasi Conference yang di adakan oleh National Taipei University berkesempatan mengunjungi National Science and Technology Center for Disaster Reduction (NCDR) di Xindian, Taipei City, Taiwan, pada hari pertama kunjungan studi mereka setelah acara pembukaan di pagi hari. Kunjungan ini menjadi wadah pembelajaran berharga mengenai pengelolaan data bencana yang transparan dan efektif di negara yang rawan bencana tersebut.
Setibanya di NCDR, rombongan disambut oleh para ahli dan staf yang berdedikasi dalam penanggulangan bencana. Sesi diawali dengan pemaparan mendalam mengenai kondisi geografis, geologis, dan atmosfer Taiwan yang menjadi faktor utama kerentanannya terhadap berbagai jenis bencana alam. Diskusi interaktif kemudian mengalir, membahas bagaimana pemahaman mendasar ini menjadi landasan penting dalam merancang sistem mitigasi dan respons bencana yang komprehensif.
Salah satu fokus utama kunjungan adalah mempelajari teknologi manajemen data bencana yang diterapkan oleh NCDR. Delegasi mendapatkan wawasan tentang bagaimana berbagai informasi terkait bencana, mulai dari peringatan dini hingga laporan situasi terkini, dikumpulkan, diolah, dan diintegrasikan secara sistematis. Teknologi ini memungkinkan NCDR untuk menyajikan data yang akurat dan real-time kepada masyarakat luas melalui berbagai platform, termasuk notifikasi langsung ke telepon seluler pengguna.
Lebih lanjut, delegasi juga mempelajari bagaimana NCDR berperan dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat Taiwan mengenai mitigasi bencana. Melalui berbagai program edukasi dan sosialisasi, penduduk Taiwan dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi potensi ancaman bencana. Hal ini terlihat dari pemahaman yang baik di kalangan masyarakat mengenai prosedur evakuasi, titik kumpul aman, dan tindakan pencegahan lainnya.
Sesi presentasi dan diskusi tanya jawab berlangsung sangat produktif. Delegasi aktif bertukar pikiran dengan para ahli NCDR mengenai tantangan dan solusi dalam pengelolaan bencana di konteks masing-masing. Berbagai pertanyaan dilontarkan, mulai dari implementasi teknologi hingga strategi komunikasi publik dalam situasi darurat.
Kunjungan ke NCDR ini memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi delegasi. Mereka menyaksikan secara langsung bagaimana integrasi data yang kuat, pemanfaatan teknologi yang tepat, dan komunikasi yang efektif dengan masyarakat menjadi kunci utama dalam mewujudkan sistem penanggulangan bencana yang tangguh dan transparan. Pengalaman ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan masukan berharga dalam upaya peningkatan manajemen bencana di Indonesia.

Menyusuri Keunikan Bitan Riverside: Infrastruktur Pengendali Banjir Berbalut Pesona Wisata
Xindian, Taipei City, Taiwan – Usai mendapatkan wawasan mendalam mengenai pengelolaan data bencana di National Science and Technology Center for Disaster Reduction (NCDR), perjalanan delegasi di Xindian, Taipei City, Taiwan, berlanjut ke destinasi yang menawarkan perpaduan unik antara infrastruktur vital dan daya tarik wisata, yaitu Bitan Riverside Park.

Untuk mencapai kawasan tepi sungai yang menawan ini, rombongan memanfaatkan jaringan transportasi publik Taipei yang efisien dengan menaiki MRT jalur hijau dan turun di stasiun akhir, Xindian. Setibanya di sana, hamparan ruang terbuka hijau di sepanjang Sungai Bitan menyambut dengan udara segar dan pemandangan yang menenangkan.
Namun, ada satu hal menarik yang membedakan Bitan Riverside dari taman-taman tepi sungai lainnya. Seperti yang tergambar jelas, kawasan ini dirancang dengan infrastruktur pengendali banjir yang cerdas. Area riverside ini tidak hanya berfungsi sebagai ruang rekreasi, tetapi juga sebagai tanggul alami yang vital. Ketika hujan deras melanda, kawasan ini berperan sebagai wadah penampung air, meminimalisir risiko banjir yang dapat melanda wilayah sekitarnya.
Lebih dari sekadar infrastruktur pengendali banjir, Bitan Riverside juga memiliki nilai ekonomi yang signifikan melalui sektor pariwisatanya. Salah satu daya tarik utama di sini adalah aktivitas river riding menggunakan perahu-perahu wisata yang banyak tersedia. Pengunjung dapat menikmati keindahan pemandangan sungai dan area sekitar dengan menyewa perahu dengan tarif yang cukup terjangkau, sekitar 300 NTD per perahu.

Kunjungan ke Bitan Riverside memberikan perspektif yang berbeda mengenai pemanfaatan ruang publik. Delegasi menyaksikan bagaimana sebuah kawasan yang memiliki fungsi vital dalam pengendalian bencana juga dapat dioptimalkan sebagai destinasi wisata yang menarik, memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Integrasi antara fungsi perlindungan dan rekreasi ini menjadi inspirasi tersendiri dalam perencanaan dan pengembangan ruang terbuka di wilayah lain. Pengalaman ini semakin memperkaya pemahaman delegasi mengenai berbagai aspek pengelolaan lingkungan dan infrastruktur di Taiwan.
Mengagumi Warisan Budaya Tiongkok di Chinese Culture University dan Museumnya yang Memukau
Taipei, Taiwan – Rangkaian kunjungan delegasi di Taiwan berlanjut dengan menyambangi Chinese Culture University (CCU) di Taipei. Universitas ini dikenal sebagai institusi yang memiliki komitmen kuat dalam melestarikan budaya dan sejarah Tiongkok, dan kunjungan ini membawa rombongan untuk menyelami lebih dalam kekayaan warisan tersebut melalui museumnya yang menyimpan koleksi tak ternilai harganya.
Setibanya di CCU, delegasi disambut dengan arsitektur kampus yang kental akan nuansa tradisional Tiongkok, menciptakan atmosfer yang khidmat dan sarat akan sejarah. Tujuan utama kunjungan kali ini adalah museum universitas yang menyimpan berbagai artefak dan dokumen penting yang menceritakan perjalanan panjang peradaban Tiongkok.
Memasuki ruang pameran museum, mata para anggota delegasi langsung tertuju pada beragam koleksi yang memukau. Salah satu sorotan utama adalah artefak yang berkaitan dengan tokoh-tokoh berpengaruh dalam sejarah pelayaran Tiongkok, tak terkecuali Laksamana Cheng Ho. Kisah pelayaran Cheng Ho yang legendaris dan dampaknya terhadap hubungan Tiongkok dengan berbagai belahan dunia tergambar jelas melalui berbagai peninggalan yang dipamerkan.

Selain itu, museum CCU juga menyimpan koleksi barang-barang antik yang berasal dari berbagai dinasti yang pernah berkuasa di Tiongkok. Mulai dari keramik kuno yang halus, lukisan kaligrafi yang indah, hingga perabotan rumah tangga yang memiliki nilai seni dan sejarah yang tinggi, semuanya tertata dengan apik dan memberikan gambaran yang komprehensif tentang kehidupan dan kebudayaan masyarakat Tiongkok di masa lampau.
Setiap artefak seolah bercerita tentang zamannya, membawa para pengunjung dalam perjalanan waktu melintasi ribuan tahun sejarah Tiongkok. Informasi yang disajikan dalam museum, baik melalui deskripsi maupun pemandu museum yang berpengetahuan luas, semakin memperkaya pemahaman delegasi tentang konteks sejarah dan budaya di balik setiap koleksi.

Kunjungan ke CCU dan museumnya ini memberikan pengalaman yang sangat berkesan bagi delegasi. Mereka tidak hanya melihat artefak-artefak bersejarah, tetapi juga merasakan denyut nadi peradaban Tiongkok yang kaya dan kompleks. Upaya Chinese Culture University dalam melestarikan dan membagikan warisan budaya ini patut diapresiasi, dan pengalaman ini diharapkan dapat menginspirasi upaya pelestarian budaya di Indonesia.

Menjelajahi Jantung Vulkanisme Taiwan: Dari Observatorium Canggih Hingga Kawah Aktif Yangmingshan
Taipei, Taiwan – Sebagai negara yang terletak di jalur pertemuan lempeng tektonik aktif Samudra Pasifik, Taiwan memiliki lanskap geologis yang dinamis dan rentan terhadap aktivitas kegempaan serta vulkanisme. Kesadaran akan risiko ini mendorong Taiwan untuk mengembangkan sistem pemantauan dan edukasi yang komprehensif. Pada kesempatan kali ini, delegasi berkesempatan untuk mendalami lebih jauh fenomena vulkanisme Taiwan melalui kunjungan ke Taiwan Volcano Observatory dan Gunung Yangmingshan yang ikonik.
Kunjungan diawali dengan menyambangi Taiwan Volcano Observatory. Museum yang didedikasikan untuk studi gunung berapi ini menyajikan informasi yang kaya dan mendalam mengenai berbagai gunung api yang tersebar di Taiwan beserta ekosistem unik yang terbentuk di sekitarnya. Delegasi mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang sistem pemantauan aktivitas magma, pergerakan gunung api, serta analisis material-material vulkanik yang dikeluarkan saat erupsi.

Berbagai alat dan teknologi canggih yang digunakan untuk memantau aktivitas vulkanik dipamerkan, memberikan gambaran betapa seriusnya Taiwan dalam mengelola potensi risiko bencana geologi. Selain itu, museum ini juga menampilkan koleksi beragam jenis batuan vulkanik yang berasal dari berbagai gunung api di Taiwan, memperlihatkan kekayaan geologis negara ini.
Setelah mendapatkan pemahaman teoritis di observatorium, perjalanan dilanjutkan menuju Gunung Yangmingshan, satu-satunya gunung berapi aktif di Taiwan yang masih menunjukkan aktivitas vulkanik hingga saat ini. Pemandangan di sekitar lereng gunung langsung menyambut dengan aroma belerang yang khas dan kepulan asap putih yang keluar dari celah-celah bebatuan. Fenomena ini menjadi bukti nyata aktivitas vulkanik yang masih berlangsung di bawah permukaan.
Mendaki sebagian lereng Gunung Yangmingshan memberikan pengalaman yang unik dan mendebarkan. Delegasi dapat menyaksikan secara langsung manifestasi aktivitas vulkanik, seperti fumarol (lubang keluarnya gas vulkanik) dan solfatara (lubang keluarnya gas belerang). Pemandangan lanskap vulkanik yang unik dengan batuan berwarna kuning akibat endapan belerang juga menjadi daya tarik tersendiri.

Kunjungan ke Taiwan Volcano Observatory dan Gunung Yangmingshan memberikan wawasan yang berharga bagi delegasi mengenai dinamika geologis Taiwan dan upaya negara ini dalam memahami serta mengelola risiko bencana vulkanik. Kombinasi antara pemahaman ilmiah yang mendalam di observatorium dan pengalaman langsung melihat aktivitas vulkanik di Gunung Yangmingshan memberikan perspektif yang holistik tentang fenomena alam yang kompleks ini. Pengalaman ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan memberikan inspirasi dalam upaya mitigasi bencana geologi di Indonesia.